Follow Us

|
JADWAL SHOLAT Subuh 04:40:55 WIB | Dzuhur 11:59:10 WIB | Ashar 15:19:22 WIB | Magrib 17:52:17 WIB | Isya 19:04:59 WIB
BERITA UTAMA

Dari Serambi Mekkah Aceh, Ini Asal Muasal Gubernur NTB Dipanggil Tuan Guru Bajang

Selasa, 03/04/2018 | 12:45 WIB
Reporter: Kaskus/ SerambiNews | Red IT: Firman Wage Prasetyo
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Kolase foto Tuan Guru Bajang bersama Ketua IKAT Aceh, HM Fadhil Rahmi, dan karyawan Serambi Indonesia, Sabtu (3/3/2018), serta saat TGB memberi kuliah umum di UIN Ar-Raniry, Jumat (2/3/2018). 
“Tuan Guru Bajang itu sebutan dari masyarakat. Tuan itu haji, guru itu yang mengajar,”
Jakarta, GetarMerdeka.com - Tuan Guru Bajang yang juga menjabat Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) datang bersama pengurus OIAA dari Jakarta, Ketua Ikatan Keluarga Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh, Tgk HM Fadhil Rahmi, serta sejumlah pimpinan dayah dan ormas Islam di Aceh.
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Dr TGH Muhammad Zainul Majdi atau lebih dikenal Tuan Guru Bajang (TGB), berkunjung ke Kantor Harian Serambi Indonesia di Meunasah Manyang PA, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Sabtu (3/3).
Kedatangan Tuan Guru Bajang beserta rombongan, disambut Pemimpin Umum Harian Serambi Indonesia, H Sjamsul Kahar, Pemimpin Perusahaan, Mohd Din, Sekretaris Redaksi, Bukhari M Ali, Manajer Multimedia, Zainal Arifin, dan Manager Iklan, Hari Teguh Patria.
Dalam pertemuan sekitar 45 menit itu, Tuan Guru Bajang berbicara banyak hal terkait Aceh.
Ia mengapresiasi, bahwa Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki pengayatan Islam yang sangat kuat.
“Aceh ada eksotisme, kalau dengar Aceh pasti kita teringat Islam dan kepahlawanan. Nah, eksotisme ini bisa membangun Aceh,” kata TGB.
Ia juga menyebutkan, Aceh beserta provinsi yang mayoritas muslim lainnya di Indonesia, memiliki kewajiban untuk merepresentatifkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Di akhir pertemuan, menjawab salah satu penanya, Muhammad Zainul Majdi menceritakan tentang asal muasal dirinya dipanggil dengan nama Tuan Guru Bajang (TGB).
“Tuan Guru Bajang itu sebutan dari masyarakat. Tuan itu haji, guru itu yang mengajar,” ujarnya.
“Jadi orang yang konsisten mengajar dalam jangka waktu tertentu dan dia sudah naik haji disebut Tuan Guru. Bajang itu untuk membedakan dengan Tuan Guru yang sudah tua,” imbuhnya.
Zainul Majdi menambahkan, panggilan Tuan Guru Bajang mulai dilekatkan kepada dirinya saat dia pulang dari Tanah Suci.
“Saat saya pulang dulu kan masih 20-an tahun, jadi dibandingkan dengan Tuan Guru yang sudah berusia 60-an tahun, maka saya bajang karena masih muda. Bukan bujang ya,” kata TGB disambut tawa hadirin.
Dr TGH Muhammad Zainul Majdi MA atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) lahir di Pancor, Selong, 31 Mei 1972.
Ia adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat 2 periode, masa jabatan 2008-2013 dan 2013-2018.
Karena sebutan itu sudah menempel, lanjut Zainul Majdi, sampai sekarang pun dia masih tetap dipanggil Tuan Guru Bajang.
“Meski sudah tua tetap disebut Tuan Guru Bajang juga. Banyak yang bajang sekarang, tapi sebutan sudah melekat saja,” ujarnya.
Selain itu, imbuh Gubernur NTB ini, sebutan Tuan Guru Bajang itu juga pernah disematkan oleh masyarakat NTB kepada kakeknya, yaitu Tuan Guru Kiai Haji (TGKH) M. Zainuddin Abdul Madjid.
“Kakek kemarin juga ditetapkan sebagai pahlawan nasional pertama dan satu-satunya dari NTB. Penetapannya bersamaan dengan Laksamana Malahayati, pada November 2017. Yang keturunan Laksamana Malahayati sekarang tinggalnya di Mataram,” ujar TGH Zainul Majdi.
“Jadi beliau (kakek) ketika pulang dari mekah juga dipanggil Tuan Guru Bajang. Jadi ada romantisme dari masyarakat, ini cucunya sama juga turun memberdayakan masayarakat dan mengajar,” imbuhnya.
Safari Dakwah
Sekedar informasi, TGB datang ke Aceh dalam rangka melakukan safari dakwah selama dua hari dari Jumat-Minggu (2-4/3).
Safari pertamanya diawali dengan mengisi khutbah jumat di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Sebelum tiba di masjid raya, menyempatkan diri singgah di Dayah Tahfidh Quran Sulaimaniyah Turky, Blang Bintang, Aceh Besar.
Seusai shalat Jumat, TGB melanjutkan agenda safarinya dengan memberikan kuliah umum di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh.
Pada malamnya dilanjutkan dengan menjadi penceramah tabliq akbar di Dayah Darul Ihsan Hasan Krueng Kali, di Siem, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar.
Pada Sabtu (3/3) pagi, TGB kembali menjadi penceramah usai shalat Subuh di Masjid Kopelma, Unsyiah. Jelang siang, dia melakukan pertemuan dengan sejumlah ormas Islam di Madrasah Ulumul Quran (MUQ) Pagar Air Banda Aceh, kemudian bersilaturrahmi ke Kantor Harian Serambi Indonesia.
Selama di Banda Aceh, TGB juga menyempatkan diri melihat kebun kurma di kawasan Blang Bintang.
Pada siangnya, rombongan bergerak ke Bireuen untuk bersilaturrahmi ke Dayah Mudi Mesra Samalanga dan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb pimpinan Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop.
Minggu (4/3/2018) besok, TGB dijadwalkan mengisi maulidur rasul dan haul ke 3 Sirul Mubtadin di Lapangan Blang Asan, Bireuen.

Image and video hosting by TinyPic
[kks/snc/elz/gmc]
Sumber : SerambiNewscom


Indonesia Satu

Merdeka Network


ADVERTISEMENT SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT