Follow Us

|
JADWAL SHOLAT Subuh 04:40:55 WIB | Dzuhur 11:59:10 WIB | Ashar 15:19:22 WIB | Magrib 17:52:17 WIB | Isya 19:04:59 WIB
BERITA UTAMA

Sulitnya mencari calon bersih di Pilkada

Journalist: Fransiska Ninditya | Red IT: Firman Wage Prasetyo | Minggu, 18/03/2018 | 23:30 WIB
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Ilustrasi - kotak suara (ANTARA FOTO/Moch Asim)
OPINI
Jakarta, GetarMerdeka.com - "Power is more important than money, but when it comes to elections, money gives power" menjadi frase yang diucapkan Francis "Frank" Underwood, tokoh ciptaan Beau Willimon dalam drama web politik House of Cards.
Meskipun fiktif, frase naskah Frank, politisi Partai Demokrat yang menjadi Presiden Amerika Sertikat, tersebut sangat lekat dengan kejadian politis di negara-negara demokratis, termasuk Indonesia saat ini.
Peran uang dalam pemilihan umum menjadi sesuatu yang dinomorsatukan, karena di negeri ini para politisi masih menganggap bahwa uang dapat digunakan untuk membeli suara agar mereka memenangi pemilu.
Akibatnya, politisi yang mencalonkan diri dalam perhelatan pilkada akan mengupayakan berbagai cara untuk mendapatkan uang supaya mereka terpilih menjadi "raja kecil" di daerah.
Dengan demokrasi berbiaya mahal tersebut, maka salah satu cara tercepat untuk mendapat dana guna membiayai pencalonan seseorang ke pilkada adalah dengan korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam waktu kurang dari tiga bulan terakhir, sejak September 2017, sedikitnya telah mengumumkan penetapan tersangka terhadap lima calon kepala daerah.
Kelima calon kepala daerah tersebut semuanya adalah petahana, yang kembali mencalonkan diri dalam pilkada di daerahnya masing-masing.
Pertama, pada 3 Februari 2018 Bupati Jombang, Nyono Suharli Wihandoko ditangkap KPK di Solo, Jawa Tengah atas dugaan menerima suap senilai Rp25 juta dan 9.500 dolar AS terkait perizinan kepengurusan jabatan di Pemkab Jombang, Jawa Timur.
Nyono, yang berpasangan dengan Subaidi, mencalonkan diri sebagai calon bupati Jombang untuk periode 2018 - 2023 dengan dukungan dari lima partai politik, yaitu Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem).
Kedua, Bupati Ngada,NTT, Marianus Sae terciduk penyidik KPK dalam operasi tangkap tangan (OTT) di Surabaya pada 11 Februari 2018 atas dugaan penerimaan suap proyek pembangunan insfrastruktur senilai Rp4,1 miliar.
Marianus Sae ditetapkan sebagai calon gubernur Nusa Tenggara Timur oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi NTT, dengan dukungan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan PKB.
Ketiga, dua hari setelah penangkapan Marianus, KPK menangkap Bupati Subang Imas Aryumningsih atas dugaan penerimaan gratifikasi senilai Rp1,4 miliar dari dua perusahaan swasta, agar ijin pendirian pabrik perusahaan tersebut dilancarkan Pemkab Subang.
Imas kembali mencalonkan diri sebagai Bupati Subang untuk kedua kalinya, dengan dukungan dari PKB dan Partai Golkar.
Keempat, Bupati Lampung Tengah Mustafa ditangkap KPK atas dugaan pemberian suap kepada wakil ketua dan anggota DPRD Lampung Tengah agar melancarkan langkah Pemkab setempat dalam meminjam dana senilai Rp300 miliar kepada PT Sarana Multi Infrastruktur.
Mustafa pun mencoba peruntungannya dalam pencalonan gubernur Lampung pada Pilkada 2018 ini dengan diusung Partai Nasdem, PKS dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).
Terakhir, yang masih hangat dari KPK, Bupati Kepulauan Sula periode 2005 - 2010 Ahmad Hidayat Mus berstatus tersangka pada Jumat malam (16/3) atas dugaan kasus korupsi dalam proyek pembebasan lahan Bandara Bobong menggunakan APBD Kabupaten Kepulauan Sula pada 2009 silam.
Ahmad Mus bersama Rivai Umar mencalonkan diri sebagai cagub dan cawagub Maluku Utara dengan dukungan dari Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Calon pemimpin korup
Keberadaan calon-calon pemimpin daerah korup tersebut menjadi catatan hitam dalam proses demokrasi di Tanah Air, apalagi di tengah gaung pilkada serentak yang dibangga-banggakan Pemerintah.
Indonesia boleh berbangga diri dengan sistem pemilihan umum langsung yang serentak di ratusan daerah sejak 2015 lalu.
Namun, apalah arti pemilihan umum secara langsung apabila Pemerintah, pembuat undang-undang dan lembaga penyelenggara pemilu sendiri tidak mampu menyajikan calon-calon pemimpin yang berintegritas, atau setidaknya tidak terjangkit permasalahan hukum.
Baik Pemerintah maupun DPR tidak ada upaya memberikan imbauan atau membenahi regulasi supaya calon-calon kepala daerah korup dihapuskan dari daftar surat suara.
Sementara KPU sendiri pun pasrah dengan regulasi yang ada, sehingga lembaga penyelenggara yang diharapkan independen itu pun seolah tidak peduli dengan kondisi genting, dimana peluang kepala daerah korup dapat terpilih dalam pilkada.
Ketua KPU RI Arief Budiman menilai justru partai pengusung harus cermat sejak sebelum mendaftarkan bakal calonnya ke KPU, menyeleksi dan menilai bakal calon tersebut tidak berpotensi tersangkut kasus hukum.
"Kalau sekarang ada usulan untuk calon tersangka itu diganti dengan yang baru, maka ada dua kemungkinannya, memang masyarakat tidak tahu sejak awal bahwa dia benar bermasalah atau bisa juga suatu saat itu menjadi modus untuk mengganti atau menjatuhkan yang bersangkutan," kata Arief Budiman.
Diskresi penggantian calon
Sementara itu, mantan pelaksana tugas ketua KPU RI Hadar Nafis Gumay berpendapat bahwa KPU saat ini tidak perlu menunggu perubahan regulasi terkait penggantian calon kepala daerah terlibat kasus hukum.
Sebagai lembaga penyelenggara pemilu yang independen, KPU harus mampu mewujudkan semangat menciptakan pemilu bersih, salah satunya dengan menyediakan calon-calon bersih.
"Kalau ada dugaan kuat calon itu tersangkut masalah hukum, apalagi korupsi, maka harus segera diproses. Bahkan, KPU perlu memberi ruang supaya calon bersangkutan dapat ditarik dan diganti," kata Hadar.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 1 Tahun 2015 tentang Perppu Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pilkada tidak mengatur mengenai adanya penggantian calon kepala daerah yang tersangkut kasus hukum.
UU tersebut mengatur bahwa penggantian calon hanya dapat dilakukan apabila yang bersangkutan berstatus mempunyai kekuatan hukum tetap atau hukum `inkracht` sesuai putusan pengadilan. Artinya, calon dengan status tersangka kasus korupsi pun masih dapat melaju dalam pilkada.
Terkait hal itu, Hadar mengatakan seharusnya larangan, yang menyatakan calon peserta pilkada tidak dapat ditarik atau mengundurkan diri, diterapkan apabila calon kepala daerah tersebut tidak tersangkut masalah hukum.
Sebaliknya, untuk calon yang jelas-jelas sudah diumumkan status tersangkanya kepada publik, KPU harus dapat menggunakan diskresinya untuk mendiskualifikasi atau memberikan opsi bagi partai pengusung untuk mengganti calon korup tersebut.
"Kalau ada fakta hukum, terlibat OTT (operasi tangkap tangan), menjadi tersangka, ditahan, apalagi diduga kuat terlibat korupsi, maka harus diganti. Kebijakan yang saat ini justru membuat ruang bagi calon-calon kepala daerah yang tidak berintegritas dapat terpilih menjadi gubernur, bupati dan wali kota," jelas Hadar.
Begitu sulitnya mencari calon kepala daerah yang benar-benar bersih dari kasus hukum, sehingga masyarakat seolah tidak diberikan pilihan untuk memiliki pemimpin yang baik.
Atau mungkin memang benar kata Frank Underwood, bahwa kekuasaan lebih penting daripada uang, tetapi uang bisa memberi kekuasaan pada saat pemilu berlangsung.
[ant/amr/gmc]
Sumber : AntaraNews



Pangeran Charles Kagumi Tradisi Islam di Indonesia

Journalist: Antara/CN19SM | Red IT: Firman Wage Prasetyo | Minggu, 18/03/2018 | 22:58 WIB
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Foto Istimewa
London, GetarMerdeka.com - Putra Mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles mengagumi tradisi Islam di Indonesia. Di mana kaum perempuan bebas melenggang di dalam mesjid dan saat sholat berjamah pun jamaah perempuan bisa sembahyang bersama-sama kaum pria dalam mesjid dengan hanya dipisahkan oleh pembatas.Demikian disampaikan guru besar bidang sejarah dan kebudayaan Islam dan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sharif Hidayatullah, Prof Dr Azyumardi Azra CBE, dalam diskusi Peran Perempuan Ulama dan Pesantren Indonesia dalam Memupuk Toleransi & Perdamaian, di London, Jumat (16/3).
Hadir pada diskusi itu staf dan pimpinan Kedutaan Besar Indonesia di London, perantauan Indonesia (diaspora), dan para pelajar dan mahasiswa.
"Banyak pejabat dari berbagai negara di dunia yang mengagumi ekspresi sosial kultural Islam di Indonesia. Bahkan banyak diantaranya ingin belajar Islam dari Indonesia," ujarnya.
Intelektual Islam nasional itu mengakui banyak yang bertanya apakah Islam di Indonesia berbeda dengan Islam di negara lainnya. "Apa yang dilakukan umat Islam di Indonesia sama dengan umat Islam di manapun, di antaranya melaksanakan sholat lima waktu, bayar zakat dan lainnya," ujarnya.
Menurut Azra, patut disyukuri Islam di Indonesia tidak perlu dipertetangkan. Mencintai Indonesia merupakan sebagian dari keimanan. Untuk itu dimana pun warga Indonesia berada seperti di Inggris jangan berhenti mencintai Indonesia.
Sementara itu Dwi Kholifah dari Asian Muslim Action Network (AMAN) yang juga menjadi pembicara dalam forum internasional perempuan ulama itu,forum itu inisiatif dari Prof Mike Hardy dari Coventry University yang melihat Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) ini unik.
Untuk itu perlu disebarkan ke dunia agar bisa mendapatkan dukungan banyak pihak. "Adapun tanggapan peserta sangat antusias karena memang perempuan ulama tidak diakui di negara lain dan menjadi hal yang muskil," ujarnya.
Indonesia memiliki banyak perempuan ulama. Salah satu intelektual sekaligus ulama perempuan ternama itu adalah Prof Dr Zakiah Daradjat.
Menurut Kholifah yang masuk dalam daftar 100 perempuan dunia berprestasi versi BBC, misi yang diemban adalah ingin mengabarkan pada dunia bahwa Indonesia mempraktikkan Islam yang damai dan perempuan ulama sangat nyata bisa dijadikan harapan baru untuk memberikan keadilan pada perempuan.
Azra ada di Inggris untuk mengikuti forum internasional perempuan ulama perempuan bertajuk Rising Women Ulama: Women Leadership for Peace, Prosperity and Pluralism, di Gedung Parlemen Inggris (House of Lords), Westminster, London.
Azra yang mendapat gelar Commander of the Order of British Empire (CBE) dari Kerajaan Inggris pada 2010, mengutip ungkapan Pangeran Charles itu saat dia berkunjung ke Mesjid Istiqlal dan melihat dua perempuan jemaah yang melintas di dalam mesjid.
[smc/cn19/gmc]
Sumber : SuaraMerdeka



Punya 9 Capres Cawapres, PKS Serius Usung Kadernya Sendiri?

Journalist: Budi Raharjo, Adinda Pryanka | Red IT: Firman Wage Prasetyo | Minggu, 18/03/2018 | 22:45 WIB
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Anis Matta/Foto Dok. Istimewa
"Langkah mereka tak terdengar karena memakai konsep pergerakan adem ayem."
Jakarta, GetarMerdeka.com - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengantongi sembilan nama bakal capres/cawapres yang siap disorongkan pada Pilpres 2019. Bahkan kesembilan nama itu telah diumumkan PKS pada pertengahan Januari lalu.
Sayangnya, sampai sekarang gerak para capres-cawapres PKS itu nyaris tak terdengar. Hingga menimbulkan pertanyaan apakah partai kader ini sungguh-sungguh serius ingin mengusung kadernya sendiri.
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera, mengakui geliat capres-cawapres PKS tidak terlalu terekspose ke publik. Alasannya, partai berasaskan Islam itu menggunakan konsep pergerakan yang adem-ayem.
Mardani menjelaskan strategi adem-ayem PKS layaknya naik mobil manual di jalan bebas hambatan. Untuk sampai tujuan, mereka membutuhkan perpindahan gigi secara bertahap. "Gigi satu dulu, baru gigi dua, tiga dan seterusnya. Awalnya mulai dengan perlahan, tapi meningkat," ujar Mardani ketika dihubungi Republika.co.id baru-baru ini.
Mardani merupakan satu dari sembilan capres berasal dari kader PKS. Pada 15 Januari lalu, Majelis Syuro PKS sebagai forum tertinggi memutuskan bakal calon presiden dan kandidat wakil presiden untuk Pemilu 2019. Sebanyak sembilan nama muncul dari hasil musyawarah.
Presiden PKS, Mohamad Sohibul Iman, saat itu mengatakan PKS memajukan nama-nama kader hasil penjaringan internal guna ditawarkan kepada masyarakat dalam suksesi kepemimpinan nasional pada 2019. Sembilan nama bakal capres-cawapres itu adalah Ahmad Heryawan, Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Irwan Prayitno, Sohibul Iman, Salim Segaf Al Jufri, Tifatul Sembiring, Muzammil Yusuf, dan Mardani Ali Sera.
Setelah penentuan sembilan nama tersebut, kata Mardani, PKS sebenarnya sudah melakukan berbagai kegiatan. Mereka berupaya meningkatkan elektabilitas partai dengan cara dan kekuatan masing-masing. "Saya menggunakan pendekatan media dan sosial media," kata Mardani. "Anis Matta bergerak di darat, begitupun dengan (capres PKS) yang lain."
Upaya kedua adalah memenangkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2018. Mardani menuturkan PKS sudah membagi tugas ke sembilan bakal capres-cawapres untuk bertanggung jawab dalam menyukseskan beberapa Pilkada. "Hal terakhir, menyiapkan tim kerja untuk pencapresan. Ada tim konten, dewan syariah, media dan lapangan," ucap anggota komisi II DPR itu.
Strategi pesan tempat
Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Cecep Hidayat, mengatakan pengumuman bakal capres-cawapres itu sebagai upaya PKS untuk tag tempat dalam Pilpres 2019. "Mereka ingin menunjukkan, kalau memang Prabowo maju, nih kami sudah sediakan nama-nama untuk jadi pasangan yang bisa dipilih," kata Cecep ketika dihubungi Republika.co.id.
Cecep menilai upaya penentuan capres atau cawapres ini menjadi salah satu upaya PKS untuk meningkatkan perhatian masyarakat terhadap kadernya. Dengan publikasi dan sosialisasi sedari sekarang, calon pemilih diharapkan sudah terbiasa dengan sosok-sosok yang diajukan PKS.
Dari sembilan calon itu, tampaknya hanya Anis Matta yang gencar melakukan safari politik. Anis memberikan orasi di hadapan massa juga memasang foto diri di sejumlah baleho.
Tak sebatas itu saja, Anis juga sudah membentuk relawan. Relawan Anis Matta For President (AM4RI-1) sudah menyatakan siap bertarung untuk memenangkan Anis Matta di pemilihan presiden (pilpres) 2019.
Koordinator AM4RI-1 Sulawesi Selatan, Taslim Tamang, mengatakan AM4RI-1 sudah dideklarasikan di Balikpapan (Kalimantan Timur) dan Makassar (Sulawesi Selatan). Hanya dua pekan setelah deklarasi tersebut, Taslim mengklaim dalam rilis yang diterima Republika.co.id, sukarelawan AM4RI-1 telah terbentuk di seluruh Indonesia.
Di beberapa kabupaten seperti Bone dan Takalar, jejaring sukarelawan AM4RI-1 diklaim telah terbentuk hingga tingkat kecamatan, desa, bahkan dusun. Sukarelawan yang didominasi anak muda ini mulai bergerak memperkenalkan Anis Matta dan gagasannya untuk Indonesia. Menurut Taslim, para sukarelawan bergerak atas inisiatif sendiri.
[rol/bud/gmc]
Sumber : RepublikaOnline



Peserta UNBK 2018 Capai 78%

ADVERTORIAL
Journalist: Adv detiknews | Red IT: Firman Wage Prasetyo | Minggu, 18/03/2018 | 17:08 WIB
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com -
Ketua BSNP Bambang Suryadi saat memberikan pengumuman di acara taklimat UN (Foto: detikcom)
Jakarta, GetarMerdeka.com - Peserta Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) untuk tahun 2018 ini mengalami peningkatan yang signifikan. Jumlah keikutsertaan peserta UNBK mencapai 6.293.552 dari total 8,1 juta peserta. Artinya ada sekitar 78% peserta yang mengikuti UNBK 2018.
"Sebanyak 78% peserta didik siap mengikuti UNBK. Jumlah peserta UNBK tahun ini meningkat siginfikan dari penyelenggaraan tahun lalu," ujar Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)Bambang Suryadi di Kemendikbud, Selasa (13/3/2018).
Dibandingkan tahun lalu, jumlah peserta UNBK tahun ini meningkat sebanyak 166% dari jumlah sebanyak 3,7 juta peserta. Jika dipersentase, jumlah peserta UNBK pada tahun 2017 kemarin adalah sebanyak 49%.
Sedangkan untuk peserta Ujian Nasional Berbasis Pensil dan Kertas (UNPK) tahun ini terdapat 22%. Distribusi naskah soal di tingkat provinsi telah mencapai 100% untuk jenjang SMA/sederajat. Untuk jenjang SMP/MTS, prosesnya mencapai 19% pada 9 Maret 2018.
Adapun daerah yang menyelenggarakan UNBK secara 100% adalah Aceh, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, Yogyakarta, Jakarta, Gorontalo, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Tengah untuk tingkat SMK.
Sementara untuk tingkat SMA, yakni Aceh, Banten, Bangka Belitung, Yogyakarta, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah.
Kemudian untuk tingkat SMP yang menyelenggarakan UNBK 100% adalah Jakarta dan Yogyakarta.
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Slide presentasi peningkatan jumlah peserta UNBK dari tahun ke tahun (Foto: detikcom)
Ujian Nasional (UN) akan diadakan mulai dari jenjang SMK pada 2 hingga 5 April 2018. Kemudian disusul pada tanggal 9 hingga 12 April 2018, untuk jenjang SMA atau Madrasah Aliyah (MA). Peserta didik yang tak dapat mengikuti di UN di kedua jenjang tersebut bisa mengikuti UN susulan pada 17 dan 18 April 2018.
UN di jenjang SMP/MTS akan dimulai pada 23 hingga 26 April 2018 dengan jadwal UN susulan pada 8 dan 9 Mei 2018. Sedangkan untuk program kesetaraan paket C, UN dilaksanakan pada 27, 28, atau 29, 30 April dan 2 Mei 2018.
Untuk peserta UN di program paket B akan melakukan ujian pada 4, 5, 6, dan 7 Mei 2018 dengan ujian susulan pada 11 sampai 14 Mei 2018.
"Kebijakan kita, penjadwalan UN ini untuk jenjang SMK, SMA, dan SMP itu dibuat pada tanggal yang berbeda dengan maksud kita ingin mengoptimalkan pelaksanaan UNBK dengan prinsip berbagi sumber atau resource sharing," ungkap Bambang.
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Daerah yang siap menyelenggarakan UNBK 100% (Foto: detik.com) Foto: adv kemendikbud
Jika SMK dilaksanakan pada 2 hingga 5 April 2018, sementara SMA tanggal 9 hingga 12 April 2018, maka sumber yang dimiliki oleh SMA bisa digunakan untuk UNBK di tingkat SMK.
"Demikian sebaliknya jika SMK telah selesai Ujian Nasional karena telah dilaksanakan pada tanggal 5, SMA nanti akan bisa melaksanakan UN itu dengan prinsip berbagi sumber tadi pada resourceyang dimiliki oleh SMK," imbuhnya.
Sementara itu, perbedaan dalam pelaksanaan ujian nasional di tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya terletak pada soal isian singkat yang terdapat pada mata pelajaran matematika di jenjang SMA, SMK, serta program kesetaraan paket C.
[dtc/adv/gmc]
Sumber : detikcom



Penerbangan Lombok-Bali Tutup Selama Nyepi

Journalist: Nur Imansyah | Red IT: Firman Wage Prasetyo | Minggu, 18/03/2018 | 15:59 WIB
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Ilustrasi, Aktivitas di Lombok Internasional Airport (LIA) Lombok Tengah, NTB. (Antara Foto/Ahmad Subaidi).
Mataram, GetarMerdeka.com - Delapan penerbangan dari Lombok International Airport di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, menuju Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, harus ditunda selama perayaan Hari Raya Nyepi.
"Penutupan penerbangan dari Lombok menuju Bali ini sesuai dengan pemberitahuan yang disampaikan kepada maskapai dan bandara di seluruh dunia melalui Notice to Airman (Notam) Nomor A0117/18," kata General Manager Lombok Internasional Airport (LIA) I Gusti Ngurah Ardita di Praya, Lombok Tengah, Jumat.
Ia mengatakan, penutupan itu mulai berlaku sejak tanggal 17 Maret pukul 06.00 WITA dan akan kembali dibuka pada 18 Maret 2018 pukul 06.00 WITA.
"Meski ada penutupan penerbangan menuju Bali, namun, operasional LIA akan tetap beroperasi seperti biasa," ujarnya.
Ia menyebutkan, beberapa penerbangan yang terdampak penutupan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai tersebut antara lain tiga penerbangan dari maskapai Garuda Indonesia, tiga dari Wings Air, dan dua dari Lion Air.
"Artinya, ada 16 pergerakan pesawat yang tidak menuju Bali, dari Lombok," katanya.
Menurut Ardita, penutupan Bandara I Gusti Ngurah Rai memang sudah menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya sejak tahun 2000 berkaitan dengan Hari Raya Nyepi.
"Pada tanggal 18 Maret 2018 penerbangan kembali beroperasi normal," kata Ardita.
[ant/nur/gmc]
Sumber : AntaraNews



Pertimbangkan Cawapres Prabowo, Gerindra: TGB Cakep!

Journalist: Arief Ikhsanudin | Red IT: Firman Wage Prasetyo | Minggu, 18/03/2018 | 15:34 WIB
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Tuan Guru Haji Muhammad Zainul Majdi atau TGB. (Rachman Haryanto/detikcom)
Jakarta, GetarMerdeka.com - Ketua DPP Partai Gerindra Habiburokhman percaya diri Prabowo Subianto bakal menang pada Pilpres 2019. Dia juga menyebut sejumlah kandidat cawapres bagi Prabowo, salah satunya Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau akrab dipanggil Tuan Guru Bajang (TGB).
"Pak Prabowo itu dengan siapa-siapa aja cocok, Yusril cocok, AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) bagus juga, dengan TGB cakep, dengan Mbak Puan (Puan Maharani) bagus," kata Habiburokhman di Jalan HOS Cokroaminoto, Jakarta Pusat, Sabtu (17/3/2018).
Menurut Habiburokhman, Prabowo cocok dengan siapa pun karena partainya tidak pernah ada konflik. Dia mengatakan Gerindra membangun komunikasi politik yang bagus.
Simak juga: Tutup Pintu, Gerindra Sarankan Gatot Nurmantyo Nyapres di 2024
"Coba tanya Zulhas (Zulkifli Hasan) berkoalisi dengan Gerindra. Dia bisa jadi Ketua MPR. Coba tanya PKS, pernah ada keluhan? Nggak ada, semua happy," kata Habiburokhman.
Oleh karena itu, dia merasa Gerindra tidak akan sulit mencari calon pasangan Prabowo. Habiburokhman pede partainya tak akan kesulitan pada Pilpres 2019.
"Bahkan bisa jadi mereka ketagihan berkoalisi dengan Gerindra. Kita nggak akan kesulitan cari koalisi," ucapnya.
Simak juga: Munculkan TGB, Demokrat Diyakini Mainkan Deception ala Sun Tzu
Seperti diketahui, Partai Demokrat tengah 'menjual' Ketua Kogasma AHY ke parpol peserta pemilu lain untuk kontestasi Pilpres 2019. Namun Demokrat membuka kesempatan bagi kadernya yang lain untuk turut maju, TGB.
"Kita memberikan (kesempatan) seluas-luasnya kepada semua kader. Tentu semua survei yang muncul dan tidak hanya TGB, ada Pakde Karwo (Soekarwo), dan lain-lain," ucap Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan di gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Kamis (15/3/2018).
[dtc/aik/elz/gmc]
Sumber : detikcom




Tren Terus Positif, Gatot-TGB Bisa Dilamar di Detik Terakhir

Journalist: Idealisa Masyrafina | Red IT: Firman Wage Prasetyo | Minggu, 18/03/2018 | 15:17 WIB
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyamaikan sambutan dihadapan para umat Muslim pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1439 Hijriah di Lapangan Medan Merdeka Selatan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Jumat (1/12). Foto Republika/Putra M. Akbar
"Gatot dan TGB akan diperebutkan parpol karena elektabilitasnya dalam tren positif."
Jakarta, GetarMerdeka.com - Elektabilitas Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) dinilai dalam tren positif. Jika trennya terus bergerak positif, tidak tertutup kemungkinan bahwa keduanya akan dilirik partai politik (parpol) di detik-detik terakhir.
"Trennya positif, maka bukan tidak mungkin nanti di injure time atau last minute parpol ramai ramai meminang TGB jadi cawapres. Gatot mirip dengan TGB," ujar Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, kepada Republika.co.id, Jumat (16/3).
TGB dan Gatot diyakini akan diperebutkan oleh para partai politik, mengingat elektabilitas keduanya dalam tren positif. Karena habitus parpol, kata Pangi, akan mengikuti calon yang memiliki kesempatan besar untuk menang dan punya peluang besar untuk terpilih oleh masyarakat. Preferensi politik akan memilih calon yang bakal menang.
Elektabilitas TGB terlihat terus mengalami peningkatan dengan munculnya berbagai dukungan terhadap alumni Al Azhar Mesir tersebut. Termasuk ustaz fenomenal, Abdul Somad, yang secara terbuka memberikan dukungan kepada TGB.
"Bapak TGB, senior saya, berkuasa bukan untuk mencari kehormatan. Beliau sudah lahir dari keluarga terhormat. Bukan untuk jadi terkenal, kakek beliau adalah orang Kiai terkenal dan jadi pahlawan nasional. TGB niatnya hanya satu, yaitu mengabdi untuk menolong agama Allah," kata Ustaz Somad saat memberikan ceramah di Masjid Al Ihsaniah, Kota Seberang, Jambi, awal Maret lalu.
Dukungan juga datang dari Pimpinan Majelis Zikir Az-Zikra, Ustaz Arifin Ilham, Rabu (14/3). Ustaz Arifin menyelipkan doa untuk TGB agar bisa menjadi pemimpin bangsa ke depan.
"Calon presiden kita, Tuan Guru Bajang, diberkahi, ya Allah," ujar Ustaz Arifin yang diamini ratusan santri saat acara 'Tabligh Akbar dan Zikir Bersama untuk Negeri' di Ponpes Al-Muchtar, Bekasi Utara, Jawa Barat (Jabar), Rabu (14/3).
Kalau elektabilitasnya terus mengalami kenaikan dan trennya bagus, ujar Pangi, parpol dengan sendirinya akan merapat mengusung Gatot atau TGB. Ini seperti fenomena yang sudah sudah ada selama ini.
"Karena parpol itu kan basisnya adalah figur,'' katanya. ''Kalau elektabilitas bagus, ya parpol realistis juga untuk bergabung dan berkoalisi memenangkan Gatot atau TGB.''
[rol/did/gmc]
Sumber : RepublikaOnline



Pemprov NTB Kekurangan 5.554 Pegawai

Journalist: Nur Imansyah | Red IT: Firman Wage Prasetyo | Minggu, 18/03/2018 | 14:27 WIB
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Kepala Biro Organisasi Setda NTB Yusron Hadi (tengah). (Foto Antaranews/Iman).
Mataram, GetarMerdeka.com - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat hingga saat ini masih mengalami kekurangan tenaga aparatur sipil negara sebanyak 5.554 orang pegawai.
Kepala Biro Organisasi Setda Pemerintah Provinsi NTB Yusron Hadi di Mataram, Jumat, mengatakan berdasarkan kebutuhan pegawai dari Analisa Jabatan dan Analisa Beban Kerja (ANJAB ABK) di seluruh perangkat daerah lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB jumlah kebutuhan pegawai di luar guru mencapai 2.033 orang.
"Tapi kalau dihitung dengan guru total kebutuhan pegawai ada sekitar 5.554 orang," ujarnya.
Ia menyebutkan, dari jumlah pegawai yang dibutuhkan oleh Pemprov NTB sebanyak 2.033 orang tersebut, jika dirincikan kebutuhannya untuk tenaga fungsional sebanyak 1.499 orang, seperti tenaga kesehatan, dokter, analis, dan teknis lainnya diluar tenaga guru. Kemudian, jabatan fungsional lainnya ada sebanyak 534 orang.?
"Sebelum SAMA/SMK di alihkan kewenangannya ke provinsi total pegawai kita itu ada 7 ribu lebih. Di tambah guru ada sekitar 15 ribu lebih. Tapi itu pun masih kurang," terangnya.
Menurut mantan Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Pemprov NTB ini, ANJAB ABK merupakan suatu dokumen yang memberikan gambaran atau informasi seberapa besar kebutuhan terhadap pegawai di lingkungan Pemprov NTB. Sehingga, inilah yang dijadikan dasar sebagai bahan untuk melengkapi usulan formasi kebutuhan pegawai kepada Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB).
"Makanya dari akumulasi kebutuhan pegawai ini, kita mengusulkan penerimaan ASN tahun 2018 ke Kemenpan RB sekitar bulan Januari 2018," tandasnya.
[ant/nur/gmc]
Sumber : AntaraNews



Indonesia Satu

Merdeka Network


ADVERTISEMENT SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTORIAL NTB GEMILANG JILID II ZUL ROHMI

ADVERTORIAL NTB GEMILANG JILID II ZUL ROHMI
ADVERTISEMENT