Follow Us

|
JADWAL SHOLAT Subuh 04:40:55 WIB | Dzuhur 11:59:10 WIB | Ashar 15:19:22 WIB | Magrib 17:52:17 WIB | Isya 19:04:59 WIB
BERITA UTAMA

Singapura pamerkan keunggulan teknologi di KTT Asean

Sabtu, 28/04/2018 | 11:14 WIB
Reporter: Azizah Fitriyanti | Red IT: Firman Wage Prasetyo
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Ilustrasi - ASEAN (Antara)
Jakarta, GetarMerdeka.com - Singapura sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-32 ASEAN menunjukkan keunggulannya di bidang teknologi informasi dalam rangkaian acara pada 25-28 April 2018.
Salah satunya melalui pameran mini bertajuk "Singapore Smart Nation" yang diselenggarakan National Research Foundation (NRF) Kantor Perdana Menteri Singapura di lokasi KTT di Hotel Shangrila, Singapura, Sabtu.
Pameran tersebut ditinjau para pemimpin negara-negara anggota ASEAN usai acara pembukaan KTT Ke-32, termasuk Presiden Joko Widodo.
Dalam peninjauan tersebut, Presiden Jokowi akan berkesempatan melihat teknologi "Virtual Singapura" yang menampilkan pembangunan Singapura dalam format digital 3D sesuai waktu dan dinamika secara riil. Teknologi virtual tersebut dikembangkan National Research Foundation (NRF) Singapura di bawah Kantor Perdana Menteri.
Direktur Program NRF George Loh dalam paparannya mengatakan teknologi Virtual Singapura akan diluncurkan saat Pertemuan Smart Cities Dunia di Singapura pada pertengahan Juli 2018.
Konsep teknologi Virtual Singapura akan memungkinkan suatu negara membangun wilayahnya, baik di dalam maupun di luar ruangan, secara lebih berkelanjutan, ramah lingkungan dan sesuai pergerakan masyarakat.
"Teknologi ini bisa menjadi contoh, dan semua.negara anggota ASEAN bisa bekerja sama dan saling belajar. Singapura juga siap untuk melakukan kolaborasi dan asistansi," kata dia.
Selain dari NRF, pameran mini tersebut juga diikuti raksasa telekomunikasi Singapura Singtel yang menampilkan kecanggihan teknologi "mobile wallet" yang diklaim akan mengintegrasikan sistem pembayaan lintas negara dan lintas mata uang di ASEAN.
CEO Singtel Internasional Arthur Lang mengatakan teknologi tersebut akan mendukung visi Konektivitas Masyarakat ASEAN dan pasar digital tunggal yang menyambungkan 600 juta pelanggan grup Singtel (termasuk Telkomsel di Indonesia).
Image and video hosting by TinyPic
[rol/ant/gmc]
Sumber : AntaraNews



Menyikapi Sinyal Deindustrialisasi

Jumat, 27/04/2018 | 21:44 WIB
Reporter: Ronny Sasmita | Red IT: Firman Wage Prasetyo
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Deindustrialisasi
Jakarta, GetarMerdeka.com - Kontribusi sektor industri manufaktur terhadap PDB Indonesia terus mengalami tren penurunan sejak dekade lalu. Pada 2004, sumbangan industri manufaktur terhadap PDB masih mencapai 28,34 persen. Namun, 10 tahun kemudian, kinerja industri manufaktur kian tergerus. Pada periode 2013-2015, sumbangan industri manufaktur terhadap PDB masing-masing merosot menjadi 21,03 persen, 21,01 persen, dan 20,84 persen.
Sedangkan dari sisi laju pertumbuhannya, pada periode 2013-2015, industri manufaktur tumbuh masing-masing 4,37 persen, 4,61 persen, dan 4,25 persen atau di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang masing-masing 5,78 persen, 5,02 persen, dan 4,79 persen. Laju pertumbuhan sektor industri pengolahan juga di bawah sejumlah sektor lainnya seperti informasi dan komunikasi, konstruksi, jasa keuangan dan asuransi, serta jasa perusahaan.

Gelagat dari pergerakan negatif kontribusi dan pertumbuhan industri kita terbukti memang kurang menggembirakan. Alih-alih makin berkembang, justru gejala deindustrialisasi yang akhirnya terlihat, bahkan hingga awal tahun ini. Tahun lalu, pada kuartal pertama, kontribusi industri manufaktur terhadap PDB tercatat sebesar 20,80 persen, dan laju pertumbuhannya 4,59 persen atau di bawah laju pertumbuhan ekonomi yang sebesar 4,92 persen. Walhasil, dari sisi lain gejala deindustrialisasi juga menyulut gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang sudah terjadi sejak beberapa tahun belakangan.
Dari sisi daya saing, saat ini industri manufaktur Indonesia pun kian tertinggal dari negara lain. Padahal, di era 1990-an, industri manufaktur Indonesia masih berjaya dengan pertumbuhan 11 persen per tahun dan menguasai 4,6 persen industri manufaktur dunia. Tetapi kejayaan tersebut kian surut dan saat ini industri manufaktur Indonesia hanya mampu tumbuh sekitar 4-5 persen per tahun.
Indonesia sebagai negara terbesar dengan jumlah penduduk terbanyak di ASEAN belum dapat menguasai perdagangan kawasan. Indonesia hanya dijadikan pasar oleh negara tetangga, terutama dari produk-produk manufaktur. Akibatnya neraca perdagangan Indonesia selalu defisit. Dengan kata lain, tantangan yang dihadapi sektor industri manufaktur sangat berat. Apabila perhatian kebijakan terhadap sektor ini tidak ditingkatkan, dikhawatirkan gejala deindustrialisasi yang belakangan sudah mulai berlangsung lambat laun akan semakin menjadi kenyataan.
Kekhawatiran terhadap rendahnya daya saing industri manufaktur bukan saja berdampak pada perdagangan. Lebih dari itu, pelemahan kinerja manufaktur juga berdampak pada perekonomian. Struktur ekonomi menjadi kian rapuh, karena hanya didukung oleh perkembangan sektor yang kurang menyerap tenaga kerja formal dan cenderung menyerap pekerja informal. Indonesia sulit maju jika sektor informal terlalu besar, karena produktivitas ekonomi sulit berkembang.
Jadi saya kira, pemerintah harus benar-benar fokus memikirkan insentif, apa pun bentuknya. Karena insentif akan menjadi motor yang bisa menggerakkan investasi, terutama insentif untuk sektor manufaktur. Harus diakui bahwa selama ini sektor manufaktur memang memiliki banyak kendala, sehingga sulit untuk berkembang. Padahal, manufaktur adalah sektor yang sangat diharapkan pemerintah sebagai mesin pertumbuhan ekonomi.
Karena bagaimanapun, industri yang berbasiskan komoditas sedang terpuruk alias tidak bisa diharapkan. Sementara itu, sektor manufaktur jika dikelola dengan apik dan produktif akan bisa menjadi sumber pertumbuhan yang lebih sustain. Masalahnya, untuk mengembangkan industri manufaktur memang diperlukan investasi yang tidak sedikit. Itu sebabnya, investor asing ditarik dengan iming-iming insentif, termasuk membuka sektor-sektor yang selama ini tidak terlalu bebas untuk investasi asing.
Saya kira, pemberian insentif fiskal akan menjadi opsi yang cukup menarik, termasuk dengan memperluas industri yang bea masuknya ditanggung pemerintah (BMDTP). Kebijakan semacam itu akan membantu perusahaan yang kesulitan cashflow, atau dana segar untuk menunjang aktivitas usaha. Sebab, dalam situasi dalam negeri yang kurang dinamis, likuiditas dana di ranah domestik terbilang terbatas. Jadi, sumber pembiayaan untuk keperluan aktivitas suatu perusahaan juga terbatas. Nah, jika bea masuk ditanggung pemerintah, artinya ada peluang bagi dunia usaha untuk berhemat.
Dengan kata lain, opsi insentif fiskal akan mendorong iklim investasi di Tanah Air, dan diperkirakan akan menambah daya tarik bagi investor untuk masuk mengembangkan industri manufaktur, apalagi bagi pengusaha yang terlibat dalam kawasan industri yang sebelumnya juga sudah mendapatkan insentif. Bahkan secara komparatif, beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Inggris saat ini juga mulai memberlakukan kebijakan perdagangan proteksionis.
Artinya, pemerintah memang sudah seharusnya mengembangkan industri manufaktur agar tidak bergantung kepada negara lain. Secara teknis, menurut hemat saya, keberadaan BMDTP akan membuat nilai tambah dalam berusaha di Indonesia menjadi semakin meningkat. Urusan selanjutnya setelah itu, pemerintah cukup memastikan bahwa pengusaha yang mendapatkan insentif adalah pengusaha yang benar-benar akan memberikan dampak perekonomian dalam negeri.
Yang juga harus dilakukan pemerintah adalah soal beban biaya listrik dan gas yang cukup tinggi. Listrik dan gas berperan signifikan pada industri, seperti industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Maka pemerintah harus pula berusaha untuk menurunkan biaya energi. Tarif listrik maupun harga gas industri harus segera diturunkan seperti negara tetangga. Secara komparatif, salah satu yang membuat TPT Vietnam lebih unggul dari Indonesia adalah karena tarif listriknya jauh lebih murah.
Kemudian, pemerintah Indonesia tak perlu sungkan untuk mengikuti jejak Vietnam yang gencar melobi negara-negara tujuan ekspor potensial, baik lewat kerja sama bilateral maupun multilateral. Pemerintahan Jokowi tak perlu ragu untuk mengikuti jejak Vietnam yang memperoleh kemudahan ekspor dengan mencapai kesepakatan perdagangan bebas dengan Uni Eropa (UE). Sampai hari kini, TPT RI masih kena bea masuk (BM) 11% ke pasar UE, padahal produk Vietnam BM-nya sudah 0% karena menjalin kerja sama perdagangan bebas dengan mereka.
Maka dari itu, pemerintah harus segera merealisasikan kesepakatan kerja sama ekonomi komprehensif atau comprehensive economic partnership agreement (CEPA) dengan UE, agar TPT Indonesia tidak kalah bersaing dengan Vietnam di pasar Eropa. Karena sekalipun Eropa dilanda kelesuan ekonomi, pasar TPT ternyata masih tetap bagus karena tingkat pendapatan masyarakatnya tinggi dan menjadi kiblat mode utama dunia. Selain itu, secara teknis kontrak dengan pembeli-pembeli UE jauh lebih aman dan ada kepastian pembayaran dibanding pasar baru seperti di Afrika. Dengan tercapainya kerja sama semacam itu, Indonesia bisa langsung menggenjot ekspor TPT secara signifikan pada tahun-tahun mendatang.
Dan, yang tak kalah penting pemerintah juga tak boleh lupa menegakkan peraturan untuk melindungi pasar dalam negeri dari serbuan penyelundupan produk industri yang tidak membayar bea masuk dan tidak berkontribusi terhadap pajak. Bahkan produk TPT ilegal yang masuk ke Indonesia diperkirakan telah menimbulkan kerugian hingga Rp 27 triliun per tahun, maka langkah tegas pemerintah dan aparat penegak hukum sangat diperlukan.
Saya kira, tak ada salahnya pemerintah menenggelamkan kapal-kapal yang digunakan untuk melakukan penyelundupan, meniru langkah tegas pemerintah yang menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan. Sebagian besar produk selundupan tersebut berasal dari Tiongkok, yang masuk lewat negara jiran Singapura dan Malaysia.
Konon, produk tersebut selanjutnya diselundupkan melalui pelabuhan-pelabuhan 'tikus' di Kalimantan dan Sulawesi. Lebih dari itu, selain memberantas penyelundupan, pemerintah harus memberi sanksi tegas atas praktik perdagangan tidak adil yang dilakukan negara lain, seperti praktik dumping. Pemerintah juga harus melindungi konsumen dalam negeri dari serbuan produk impor bermutu rendah, atau bahkan sampah baju bekas dari negara tetangga seperti Singapura.
Sementara itu, di sektor industri ekstraktif, pemerintah masih belum mampu memberikan kepastian soal hilirisasi. Selain memberikan sinyal negatif atas kepastian hukum yang dijadikan salah satu acuan utama investor dalam berinvestasi, ketidaktegasan pemberlakuan larangan impor mineral mentah juga jelas merugikan perusahaan yang sudah telanjur membangun smelter. Padahal, pembangunan smelter sudah menelan dana investasi yang sangat besar, selain karena desakan pemerintah juga.
Lihat saja, berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Indonesia, relaksasi ekspor mineral tersebut mengancam investasi senilai US$ 30 miliar atau Rp 403 triliun yang dibenamkan pada sekitar 21 smelter yang sudah/tengah dibangun. Hal ini akan menyebabkan pabrik pengolahan dan pemurnian di Tanah Air bisa tutup karena kekurangan bahan baku.
Saat ini saja, pemilik tambang belum bersedia melepas seluruh hasil tambangnya ke smelter, padahal tidak semua pemilik smelter mempunyai izin usaha pertambangan. Di sisi lain, mereka dituntut untuk mengoperasikan pabrik pengolahannya secara optimal, agar bisa membayar bunga dan cicilan pokok pinjaman dari bank.
Dari sisi kepentingan nasional, larangan ekspor mineral mentah untuk mendorong hilirisasi tersebut jelas akan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, plus memberikan multiplier effect yang terbilang akan sangat tinggi. Satu ton bauksit misalnya, jika langsung diekspor harganya hanya sekitar US$ 40.
Di Tiongkok, harga ore bauksit kualitas tinggi pun hanya sekitar US$ 50 per ton. Namun, jika diolah akan menghasilkan 650 kilogram alumina, dengan harga yang meningkat sekitar US$ 208 atau 5,2 kali lebih tinggi. Apabila diolah kembali akan menghasilkan 325 kilogram aluminium, dengan harga sekitar US$ 546 atau lebih tinggi 2,6 kali dari harga alumina, atau 13,6 kali dari harga bauksit.
Ronny Sasmita Direktur Eksekutif Economic Action Indonesia (EconAct)
Image and video hosting by TinyPic
[dtc/mmu/gmc]
Sumber : detikcom




TGB: Generasi Islam Harus Punya Karakter

Jumat, 27/04/2018 | 21:26 WIB
Reporter: Syafruddin | Red IT: Firman Wage Prasetyo
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Foto: Biro Humas NTB
Surabaya, GetarMerdeka.com - Generasi Islam, sebagai salah satu pilar yang mengokohkan peradaban Islam di masa yang akan datang, harus memiliki karakter yang kuat. Salah satu karakter yang harus terbangun oleh generasi Islam adalah karakter cinta perdamaian. Hal itu ditegaskan Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi saat mengisi Mentoring Akbar di Gedung Robotik, Institut Teknologi Surabaya (ITS), Surabaya, Jawa Timur, Jumat (27/04/2018).
Kegiatan tersebut bertajuk "Membangun Kecakapan Akademik yang Berintegritas untuk Membangun Republik Indonesia yang Gilang Gemilang". Gubernur diundang Wakil Rektor I Bidang Kemahasiswaan dan Akademik ITS, Heru Setiawan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan ratusan mahasiswa di kampus tersebut.
Gubernur yang lebih dikenal Tuan Guru Bajang (TGB) itu menguraikan generasi Islam yang memiliki dan senantiasa menumbuhkan semangat cinta perdamaian merupakan cerminan bagaimana Islam hadir di muka bumi ini. “Maka Allah SWT, ketika mengingatkan kita semua, salah satu nikmat yang Allah ingatkan adalah bahwa hadirnya Islam mendatangkan peradaban baru bagi manusia,” Jelas TGB.
Kalau sebelum Islam datang lanjut TGB,  peradaban yang tumbuh di sudut-sudut dunia, baik itu peradaban Persia atau Peradaban Romawi Kuno, yang saling berbenturan dan ingin menguasai satu sama lain, mendasarkan perkembangan peradaban mereka itu pada konflik dan peperangan. “Jadi semua milestone dari peradaban itu bisa dicatat dari pertempuran-pertempuran. Dengan pertempuran itu dia menguasai teritorial yang sangat luas,” Ungkap Gubernur yang dianugerahi Kepala Daerah terbaik se-Indonesia oleh Menteri dalam Negeri ini.
Namun dengan datangnya Islam lanjut Gubernur, titik-titik utama kemajuan Islam di belahan dunia, baik di Jazirah Arab, Afrika, Spanyol, Yugoslafia, Montonegro, Serbia, Bosnia, milestonenya bukanlah peperangan, melainkan pencapaian-pencapaian ilmu dan teknologi  yang diperoleh pada masa perdamaian.
Jadi menurut TGB, kalau ada yang mengatakan Islam jaya karena perang, itu tidak benar. Perang dalam Islam, adalah mekanisme temporal yang hadir dalam pentas sejarah untuk mengembalikan keadaan yang tidak normal menjadi normal.
Yaitu mengembalikan keadilan dengan penuh persaudaraan. Peradaban konflik dan permusuhan digantikan oleh Islam dengan peradaban yang penuh perdamian dan kasih sayang.
Karena itu, TGB mengajak seluruh mahasiswa yang hadir untuk menempa diri dengan pengetahuan sekaligus membekali diri dengan sebaik-baiknya karakter. Salah satunya adalah menumbuhkan sifat kasih sayang dan cinta damai untuk membangun perdaban yang lebih baik di masa yang akan datang.
Image and video hosting by TinyPic
[ro1/eed/gmc]


Gubernur NTB Bahas Ekonomi Kerakyatan Di PENS Surabaya

Jumat, 27/04/2018 | 21:19 WIB
Reporter: Syafruddin | Red IT: Firman Wage Prasetyo
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Foto: Biro Humas NTB
Surabaya, GetarMerdeka.com - Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi menjadi narasumber pada Kuliah Tamu di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (27/4). Pada kuliah tamu yang diikuti oleh ratusan mahasiswa serta dosen tersebut, Gubernur yang lebih dikenal Tuan Guru Bajang (TGB) membahas dan memaparkan materi Peluang Ekonomi Kerakyatan di Era Revolusi Industri 4.0.
Gubernur TGB menjelaskan bahwa ekonomi kerakyatan dalam revolusi industri ke-4 atau gelombang 4 ini memiliki peluang besar untuk tetap eksis di dunia. Bahkan TGB meyakini ekonomi kerakyatan sebagai sistem ekonomi yang menjadikan ekonomi rakyat sebagai kekuatan, akan mendapatkan pasar-pasar baru, tidak hanya di dalam negeri, namun juga bisa menjadi khasanah global yang bisa mengakses pasar-pasar baru di dunia.
Hanya saja menurut Gubernur peraih Leadership Award 2017 itu, perlu didukung oleh sejumlah faktor. Di antaranya kreatifitas masyarakat menghasilkan produk serta kualitas produk yang dihasilkan. Selain itu, ekonomi kerakyatan itu akan mampu bersaing di tingkat global apabila seluruh anak bangsa ini mempu membangun jaringan atau melink-up produk-produk dihasilkan itu dengan pasar dunia yang ada.
“Itu membutuhkan kecerdasan, membutuhkan akses teknologi, membutuhkan pengetahuan dan membutuhkan skill-skill yang terkait dengan itu,” jelas TGB.
Karena itu, TGB mengajak seluruh mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) untuk turut mengambil peran mewujudkan ekonomi kerakyatan yang mampu bersaing di level global.   Karena dengan adanya ekonomi kerakyatan, seluruh lapisan masyarakat memiliki kesempatan yang sama. Sehingga masyarakat, terutama para mahasiswa dapat berpartisipasi dalam membangun perekonomian agar dapat terlaksana dan berkembang dengan baik.
“Sesungguhnya ketika kita berbicara tentang ekonomi kerakyatan saat ini dan saat yang akan datang, anda dan kita semua mempunyai peran untuk memastikan bahwa ekonomi kerakyatan kita dapat terus tumbuh dan berkembang,” Tegas Gubernur.
Image and video hosting by TinyPic
[ro1/eed/gmc]


Ini Pesan Gubernur NTB untuk Sekda se-Indonesia

Jumat, 27/04/2018 | 14:25 WIB
Reporter: Syafruddin | Red IT: Firman Wage Prasetyo
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Foto: Biro Humas NTB
Senggigi (NTB) GetarMerdeka.com - “Saya berharap, Sekda tidak hanya memiliki aspek loyalitas saja tetapi harus sejalan dan mampu menerjemahkan semua visi-misi politik kepala daerah, agar dapat tertuang menjadi program kerja yang rasional, realistis, efektif, efisien serta dapat menunjang kesejahteraan seluruh rakyat,” Tegas Gubernur NTB, Dr. TGH M. Zainul Majdi saat membuka Rakornas dan Munas ke III Forum Sekda Seluruh Indonesia (Forsesdasi) di Hotel Santosa Senggigi (25/04/2018).
Dalam acara pembukaan yang ditandai dengan pemukulan Gendang Beleq tersebut, lebih lanjut Gubernur memaparkan bahwa para Sekda sebagai sparring partner bagi kepala daerah, merupakan perangkat yang paling tepat untuk merasionalisasikan keseluruhan dari visi-visi politik kepala daerah, baik dari sisi rasionalitas, anggaran serta sinergi dengan program pembangunan.
Di samping itu, Gubernur kembali menegaskan bahwa otonomi daerah, dengan desentralisasinya merupakan istrumen untuk menghadirkan kesejahteraan rakyat. Dalam penerapan pemerintahan yang semakin dinamis dan mengalami perkembangan yang terus menerus dari waktu ke waktu, harus diingat bahwa keseluruhan sistem yang dipilih ini bukanlah menjadi suatu tujuan, tetapi muara dari sistem yang telah dipilih ini dapat menjadi istrumen dalam menghadirkan kesejahteraan rakyat yang lebih merata serta pertumbuhan dan pembangunan yang inklusif.
“Bila otonomi daerah dan desentralisasinya semakin solid, semakin institusional, semakin kokoh, menjadi tempat banyak negara untuk belajar birokrasi, insya Allah data-data statistik akan menunjukan ketimpangan masyarakat akan semakin terkikis dan kesejahteraan akan terwujud, ” pungkas Gubernur.
Staf Ahli Mendagri Bidang Urusan Pemerintahan Dr. H Suhajar Diantoro, M.Si yang juga berkesempatan hadir menegaskan mengenai strategis dan pentingnya peran dari seorang Sekda pada Era Otonomi sekarang yang telah bergeser kearah politik desentralisasi.
“Sekda itu bagaikan leher. Jadi Sekda harus loyal pada Gubernurnya. Maka, tugas Sekda disini yaitu harus dapat membantu Gubernur dalam mengelola kepercayaan rakyatnya”, ujarnya.
Suhajar juga berharap Indonesia dapat menyatukan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan menjadikan PTSP sebagai prioritas, “apabila perizinan itu cepat maka investasi akan cepat masuk”, harapnya.
Sebelumnya, Dr Ir Sri Puryono KS MP sebagai Ketua forsesdasi yang sekaligus sebagai Sekda Provinsi Jawa Tengah dalam sambutannya  mengungkapkan bahwa penyelenggaraan rakor dan munas forsesdasi kali ini adalah yang paling meriah dan membahagiakan.
Kegiatan rakor dan munas forsedasi kali ini akan membahas tujuh isu strategis terkait permasalahan penyelenggaraan pemerintah daerah, yaitu: upaya membangun integritas ASN, pengaturan pengangkatan dan pemberhentian jabatan Sekda, upaya pemerintah daerah untuk memenuhi prasyarat memperoleh dana insentif daerah, kebijakan pemerintah dalam penataan kelembagaan, perlunya mendorong birokrasi yang inovatif untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, peningkatan peran korpri dalam percepatan reformasi birokrasi, dan contoh nyata good governance.
Saat yang sama, Sekda Provinsi NTB Ir. H. Rosiady Sayuti, P.hd selaku ketua panitia penyelenggara Forsesdasi NTB Tahun 2018, melaporkan bahwa menurut catatan panitia kegiatan forsesdasi ini dihadiri oleh kurang lebih 23 Sekda Provinsi dan sekitar 500 Sekda Kab/Kota yang masing-masing membawa rombongan dan anggota keluarga sehingga kurang lebih sejumlah 1500 orang yg hadir dalam acara Forsesdasi ini.
Pada hari terakhir peserta munas ini akan dibagi menjadi 3 kelompok wisata, yang pertama kearah barat Kota Mataram dan sekitarnya, yang kedua ke daerah Narmada dan yang ketiga menuju Kabupaten Lombok Utara.
Acara pembukaan Rakornas dan Munas Forsesdasi ke-3 ini juga diselingi dengan pemberian penghargaan kepada Mantan Sekda pengurus DPP Forsesdasi yg masih aktif, yaitu Prof. Dr. Ir. Hj Winarni Manoarfa, MS dan Ridwan Friskap, SH., MH., MM
Kegiatan forsesdasi ke III ini dihadiri oleh Staf Ahli Kemendagri Bidang Pemerintahan Dr. H Suhajar Diantoro, M.Si , Ketua forsesdasi Dr Ir. Sri Puryono, KS., MP dan Sekda Provinsi serta Sekda Kab/Kota seluruh Indonesia.
Image and video hosting by TinyPic
[ro1/syf/gmc]


Gubernur NTB Sharing Konsep Kepemimpinan Ideal

Jumat, 27/04/2018 | 14:14 WIB
Reporter: Syafruddin | Red IT: Firman Wage Prasetyo
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Foto: Biro Humas NTB/Istimewa
Mataram (NTB) GetarMerdeka.com - Keberhasilan Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi memimpin NTB sehingga menjadi daerah yang maju dan mampu bersaing dengan daerah lain di Indonesia, serta mampu menata pengelolaan pemerintahan yang baik, membuat Kementerian Dalam Negeri menobatkan Gubernur sebagai kepala daerah terbaik se-Indonesia, beberapa waktu lalu.
Tentunya selama memimpin NTB, Gubernur Alumni Al-Azhar itu memiliki pengalaman dan gagasan yang utuh tentang kepemimpinan. Karena itu, Gubernur yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) itu diundang Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI di Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (26/4), untuk berbagai gagasan dan pengalaman terkait konsep kepemimpinan. Di kampus setempat, Gubernur TGB menyampaikan orasi ilmiah bertajuk "Kepemimpinan Nasional yang Berakhlak dan Unggul Guna Mendukung Daya Saing Bangsa".
Di hadapan ratusan wisudawan yang hadir, TGB menyampaikan kalau  ingin membangun peradaban bangsa ke arah yang lebih baik, maka yang diperlukan adalah Sumber Daya Alam serta Sumbar Daya Manusia yang mumpuni. Namun dari dua hal itu, terdapat satu faktor penting untuk memajukan suatu peradaban, yaitu kepemimpinan yang efektif. “Kepemimpinan yang efektif tidak kalah pentingnya dalam menentukan maju mundurnya suatu peradaban,” Tegas Gubernur
TGB menegaskan kepemimpinan memiliki fungsi yang sangat penting apabila kepemimpinan itu mampu menghadirkan satu keteladanan yang baik. Dalam konsep Islam lanjutnya kepemimpinan ideal itu harus memiliki tiga muatan, pertama muatan humanisasi yaitu kepemimpinan yang mampu menghadirkan dan senantiasa mentradisikan kebaikan. Kedua, kepemimpinan yang liberatif, yaitu kepemimpinan yang berusaha bersama-sama bekerja untuk menghilangkan hal-hal yang bersifat destruktif untuk kemanusiaan. Misalnya melawan bebaskan manusia dari penjajahan. “Dari awal kita setting bangsa ini untuk ikut bekerja membebaskan manusia dari hal-hal dekstruktif, seperti penjajah, ketimpangan, kezaliman atau apapun yang merusak nilai kemanusiaan,” Jelas TGB.
Kemudian ketiga lanjut Gubernur, semua hal-hal yang kita lakukan, termasuk dalam aspek kepemimpinan bukan kontrak yang sekadar tanda tangan atau sumpah jabatan di depan manusia, tapi tali kontrak kita juga kepada Allah SWT. “Apabila kualitas kepemimpinan dapat kita bangun sama-sama, maka saya yakin ke depan bangsa kita akan mampu lewati tantangan apapun,” optmis TGB.
Menurut Gubernur, pembicaraan kepemimpinan memiliki tempat yang penting dalam suatu peradaban. Salah satu sumber kearifan kita dalam berbangsa ialah beragama. Sebagai muslim ketika buka Al-Qur’an, bahwa salah satu sentrum perhatian yang dibahas panjang lebar dalam Alquran ialah manusia dalam dimensi kepemimpinan. Ada ayat yang sangat terkenal yakni Ayatul Khilafah, ketika Allah sampaikan seluruh makhluknua tetapkan manusia sebagai khalifah atau pemimpin dalam kehidupan dunia, dia diberikan tugas oleh Allah untuk mengganti Allah dalam dunia ini bagaimana memajukan, memakmurkan dengan nilai-nilai mulia, yaitu dirangkum dalam Asmaul Husna.
“Maka kepemimpinan seseorang dalam kehidupan ini tergantung sejauh mana dia mampu mengaplikasikan kemuliaan-kemuliaan yang ada di Asmaul Husna,” Ungkap TGB seraya menyontohkan sifat Ar-rahman dan Ar-rahiim,  yang memberikan pesan bahwa kepemimpinan harus penuh dengan nilai-kasih sayang.
Image and video hosting by TinyPic
[ro1/eed/gmc]


Sekda NTB: Pembangunan Rumah Layak Huni Harus Tepat Sasaran

Jumat, 27/04/2018 | 14:03 WIB
Reporter: Syafruddin/ Eed Setiawan | Red IT: Firman Wage Prasetyo
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Foto: Biro Humas NTB
Mataram (NTB) GetarMerdeka.com - Rumah merupakan kebutuhan paling esensial atau mendasar bagi masyarakat. Untuk itu pembangunan rumah layak huni harus benar-benar dipastikan tepat sasaran sesuai perencanaan.
Terutama bagi masyarakat miskin, hampir miskin dan masyarakat berpenghasilan rendah, sehingga masyarakat Indonesia khususnya di NTB benar-benar merasakan keadilan untuk dapat memperoleh rumah bersubsidi dari pemerintah tersebut.
Hal itu dikemukakan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi NTB, Ir. H. Rosiady Sayuti, M.Sc., Ph.D dalam sambutannya saat Rapat Koordinasi (Rakor) Evaluasi Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Perumahan Layak Huni Wilayah IV yang mencakup enam provinsi wilayah kerja, yakni Provinsi NTB, NTT, Maluku, Maluku Barat, Papua dan Papua Barat, di Hotel Lombok Raya Mataram, Kamis, 26/4/2018.
Sekda menceritakan bahwa sesungguhnya dirinya telah terlibat cukup lama secara keilmuan dalam penelitian perumahan rakyat sewaktu dirinya masih aktif menjadi Dosen di Universitas Mataram. Termasuk menyusun skema dalam proses perencanaan pembagunan perumahan rakyat layak huni sehingga benar-benar tepat sasaran.
“Secara pribadi saya sudah cukup lama ikut terlibat dalam penelitian perencanaan pembangunan rumah layak huni. Untuk itu saya menaruh harapan besar rakor ini akan melahirkan pola yang efektif dalam pegembangan dan distribusi rumah layak huni di Indonesia, khususnya di NTB agar betul-betul tepat sasaran," ujar Rosiady.
Lebih lanjut, Sekda mejelaskan bahwa ke depan Pemerintah Provinsi NTB  merencakan program percepatan penurunan kemiskinan dengan komponen utama pembangunan rumah layak huni. Saat ini di NTB sekitar 230 ribu KK yang masih membutuhkan rumah layak huni. Oleh karena itu, pada tahun ini pemerintah mengalokasikan dana sebesar 60 miliyar untuk pembangunan rumah layak huni bagi masyarkat di NTB.
Rosiady juga mengingatkan bahwa selain memperhatikan skema distribusi, yang juga tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah pengembang hendaknya melakukan kontrol dan evaluasi, sehingga selain memperoleh persentase keuntungan yang layak, juha dapat menghasilkan rumah yang betul-betul layak dan berkualitas bagi masyarakat.
"Kepada pihak-pihak terkait dalam perencanaan pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat, kiranya dapat menggandeng Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai pihak yang selalu membela masyarakat kecil dengan memberikan kritik dan saran kepada pemerintah," harap Rosiady.
Dalam kesempatan yang sama, Kasubdit Evaluasi Wilayah IV, Fina Sjafina, ST., M.Si melaporkan, rapat Evaluasi yang dihadiri oleh Direktur Evaluasi Pembiayaan Perumahan Kementrian PUPR Ir. Ardiyantono, MA dan sejumlah anggota Asosiasi Pengembang perumahan wilayah IV dari enam provinsi ini, bertujuan untuk menyampaikan hasil pengawasan berupa ketepatan penerima bantuan perumahan layak huni untuk kemudian dilakukan evaluasi.
“Ke depan akan terus dilakukan peningkatan kerjasama antara pemangku kepentingan untuk menyediakan rumah layak huni bagi masyarakat di Indonesia”, ujarnya.
Image and video hosting by TinyPic
[ro3/eed/gmc]


KPID NTB jembatan terbaik aspirasi masyarakat

Jumat, 27/04/2018 | 13:50 WIB
Reporter: Syafruddin | Red IT: Firman Wage Prasetyo
Getty Images ©2018 GetarMerdeka.com - Foto: Biro Humas NTB
Mataram (NTB) GetarMerdeka.com - Dengan dilantiknya komisioner KPID NTB yang baru, kiranya akan menjadi jembatan terbaik bagi aspirasi masyarakat, bagaimana ruang publik penyiaran dapat menghadirkan konten-konten penyiaran yang mendatangkan kebaikan dan kemanfaatan bagi NTB.
Hal tersebut disampaikan Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi saat melantik tujuh orang Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi NTB masa bhakti 2018-2021, di Ruang Rapat Utama (RRU) Kantor Gubernur NTB, Rabu, 25/4/2018.

Gubernur juga menyampaikan bahwa pelantikan Komisioner KPID saat ini adalah sebagai pengingat, bahwa komisioner KPID NTB memiliki tugas yang sangat penting dalam mengelola ruang udara kita di Indonesia.
Menurutnya, Frekuaensi udara kita saat ini harus dapat dikelola dengan baik, karena apabila tidak dikelola dengan baik akan dapat menjerumuskan bangsa.
Frekuensi udara memiliki peran sangat strategis, baik dalam menebarkan kebaikan dan memerangi merebaknya berita-beria Hoax yang berada di ruang publik, seperti di media-media sosial yang ditebarkan melalui frekuensi udara. “Ruang udara kita harus dikelola dengan baik, kalau tidak, akan dapat menjerumuskan bangsa”, ujarnya.
Untuk itu, ia berharap kepada komisioner KPID NTB yang baru, agar dapat meneruskan dan mencontoh kebaikan-kebaikan dari komisioner sebelumnya. Pemerintah dan masyarakat NTB menaruh harapan besar, dengan keberadaan KPID NTB akan mampu mengisi frekuensi penyiaran di NTB dengan berita-berita yang bermanfaat bagi masyarakat dan daerah.
Lanjut Gubernur bahwa, komisioner KPID NTB untuk benar-benar memanfaatkan masa tugas selama tiga tahun ini, untuk memberikan pengabdian terbaik kepada daerah. KPID harus mampu mengarahkan stasiun-stasiun TV yang ada di NTB agar mentaati aturan penyiaran sesuai undang-undang yang ada. Termasuk dalam pemanfaatan 10 persen dari 20 persen konten dapat dipakai untuk iklan layanan masyarakat di NTB. “Saya yakin Komisioner KPID NTB yang baru, dengan usia muda dan energik, akan mampu melaksanakan tugas dengan penuh kejujuran dan maksimal”, pungkasnya.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Yuliandri Darwis dalam sambutannya berarap kepada anggota komisioner KPID NTB masa bhakti 2018-2021, agar dapat mempergunakan waktu selama tiga tahun untuk benar-benar mengabdi kepada masyarakat dan daerah.
Selain itu, keberadaan komisioner yang baru KPID NTB ini, kedepan dalam masa tugasnya harus benar-benar dapat memastikan bahwa potensi-potensi Provinsi NTB untuk dapat ditampilkan di Media-media Televisi tingkat nasional. “Komisioner yang baru ini, harus dapat memastikan potensi NTB untuk tampil media-media tingkat nasional”, pintanya.
Untuk itu, ia juga meminta kepada stasiun TV lokal di NTB untuk dapat menjalankan penyiaran sesuai dengan regulasi yang ada. Salah satunya adalah kewajiban stasiun TV lokal untuk melakukan penayangan kontens lokal selama minimal 2,5 jam dari total konten nasional. Yuliandi juga mengatakan bahwa selama ini aturan tersebut belum sepenuhnya dijalani oleh stasiun-stasiun TV lokal yang ada di daerah. “Kalaupun merekan menayangkan konten lokal tapi pada jam-jam malam yang merupakan waktu yang kurang efektif”, ujarnya.
Saat ini KPI telah memiliki alat yang dapat memantau penyiaran konten-konten oleh kurang lebih 950 TV lokal berjaringan di Indonesia. “Jadi kita pantau jam dan penayangan konten-konten lokal yang dilakukan oleh stasiun TV lokal yang ada di Indonesia”, terangnya.
Hadir dalam acara pelatikan tersebut, Komisi Penyiaran Indonesia Yuliandri Darwis berserta Sekretaris KPI, seluruh pejabat OPD lingkup Provinsi NTB, Forkompinda Provinsi NTB dan sejumlah tokoh agama dan tokoh masyarakat di NTB. Ketujuh Komisioner Baru KPID NTB tersebut antara lain, Fatul Rahman, Fatul Rizal, Andayani, Arwan Syahroni, Syahdan, Yusron Saudi dan Husna Fatayati.
Image and video hosting by TinyPic
[ro1/eed/gmc]


Indonesia Satu

Merdeka Network


ADVERTISEMENT SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTORIAL NTB GEMILANG JILID II ZUL ROHMI

ADVERTORIAL NTB GEMILANG JILID II ZUL ROHMI
ADVERTISEMENT